
SEPATAH KATA DARI PENYUSUN
Assalamu'alaikum wr.wb. Dengan terbitnya konsep sejarah desa Lebak dengan judul “ LEBAK DESAKU DALAM LINTASAN SEJARAH " Kami susun atas perintah Petinggi desa Lebak terkandung maksud:
- Mengenalkan desanya kepada generasi berikutnya untuk dicintai.
- Untuk diambil hikmahnya demi kemajuan mendatang.
- Sebagai pertimbangan Pemda Jepara bila mungkin terjadi pemecah-an Wilayah Kecamatan.
- Memperkaya koleksi Perpustakaan desa.
Penulis memberanikan menyusun konsep ini telah didukung: data, fakta, perpustakaan, peninggalan2, cerita rakyat, legenda serta didampingi para konsultan/nara sumber. Walau demikian penulis mengakui bahwa konsep ini masih belum sempurna. Kami selalu menunggu masukan2 dari semua pihak berupa materi pendukung. Kemudian besar harapan kani, segala tegur sapa mengenai konsep ini tentang kekurangannya dan semua pihak yang membantu kami pantas kami hargai dan terima kasih. Segala kekurangan adalah kebodohan kami semata.
Diseminarkan/Disyahkan, 26 Mei 2000 Mengetahui Petinggi Desa Lebak
|
Lebak, 24 Mei 2000 Penyusun |
|
|
Moh Haoren |
Soekat |
No |
Narasumber |
No |
Narasumber |
1 |
H. Nurahmat |
9 |
H. Suwoto |
2 |
Supartono |
10 |
H. Mastur |
3 |
Noto Utomo |
11 |
Ky. Muhtadi |
4 |
Astro Ngasari |
12 |
Kasdi HM. |
5 |
Suntono |
13 |
Jumadi AM. |
6 |
Suto Badrun |
14 |
Sarkun |
7 |
H. Bisono |
15 |
Marsudi |
8 |
H. Zaini |
16 |
Suroharjo Santak |
PERPUSTAKAAN :
- Amien Boediman “ MASYARAKAT ISLAM TIONGHOA DI INDONESIA “
- Marwati Juned Poesponegoro “ SEJARAH NASIONAL INDONESIA “
- Empu Kridasastra “ BEDHAHING BUMI-UJUNGPARA “ Babad Perang Blabag.
- Yayasan Jaya- Baya ( Surabaya ) kamus “BAHU SASTRA JAWA”
- Humas Pemda Jepara Kliping “ HARRI JADI JEPARA “
PENINGGALAN-PENINGGALAN :
- Gong Buyut didesa Tanjung
- Makam Induk Krajan Lebak
- Punden Lebak, Depok
- Masjid Induk Baitul Rokhman
DESA LEBAK SELAYANG PANDANG
Diamati dari segi:
GEOGRAFIS :
Dipeta Kabupaten Jepara, Lebak termasuk Kecamatan Mlonggo terbenttuk Trapesium dengan batas2 desa sbb : utara Suwawal dan Guyangan, timur. Plajan dan Tanjung, selatan Kecapi dan sebelah barat desa Bulungan.Ter-letak dikaki G.Muria belahan barat 17 km dari ibu kota Kecamatan Mlonggo 13 km arah timur dari jentung ibu kota Kabupaten Jepara.
Letaknya sangat strategis, dilalui jalur perhubungan lalu lintas Pecangaan-Bangari lewat ngabul dan Jepara lereng Muria lewat Kecapi dan Mulyoharjo bertem pada titik perempatan Lebak Krajan, sedangkan dari Jepara lewat Kedungcino bertemu pada titik pertigaan pasar Lebak. Karenanya desa ini mudah dikunjungi dari segala penjuru. Bagi mereka yang mempunyai ambisi tertentu banyak meliriknya untuk dimanfaatkan.
EKONOMIS :
Embrio pasar Lebak yang dibuat oleh Petinggi Surosentiko pada tahun 1939 disamping bertujuan menata perekonomian rakyat ternyata mengundang perhatian masyarikat sekeliling. Pasar menjadi pusat berkumpul, namanya mulai banyak dikenal ternyata tumbuh berkembang menjadi sosok pasar masa kini, yang setiap hari bayak dikunjungi para pedagang.
TAKTIS :
- Pada Jaman Jepang, dalam mengatur pertahanannya didaerah Jepara timur memanfaatkan trianggulasi dukun Nganjir untuk pengamatan dan para romusanya diajak membuat goa persembunyian/pengintaian diduküh Sependul, sedangkan untuk koordinasi militer dan markas induk memanfaatkan kebun manggis yang sekarang berubah menjadi lapangan desa.
- PETA, DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI membuat 2 pos komando: Sentral Lor (dilokas SD Lebak I sekarang) dan Sentral Kidul (dilokasi rumah Zaini sekarang). Pada kles II dari Yon 421 dan 423 yang masing2 dipimpin oleh Kapten Paulus dan Mayor Basuno memanfaatkan rumah Supartono (carik) sebagai Markas induk gerilyawan dan memasang jaringan telepon darurat yang dapat berhubungan Lebak-Jepara, Lebak-Bangeri dan Lebak--Kudus lewat Batealit. Rumah Abd Khamid dekat Balai Besa dukuh Semboja difungsikan menjadi pos pembantu, sedangkan amunisi ditempatkan terpendam dikebun belakang rumah Sumito-labet (Petengan), tahun 1965 diketemukan dalan keadaan sudah tidak aktif.
3.Saat mbrandalnya Rusno "Alap2 Samber Nyawa" dari MMC(Merapi Merbabu Complex) yang membuat pemberontakan didaerah Jepara timur dalam melancar kan aksinya 3B (Bacok Bunuh Bakar) membuat perlindungan dirumah Jayadi dekat pasar, disamping menjadi pos pengintaian terhadap aparat diperhitungkan mempermudah perhubungan dengan anthek2nya yang ada didaerah Bulungan, Suwawal, Guyangan, Tengguli, Kepuk sedangkan Plajan dan Tanjung menjadi persembunyian yang paling nyaman.
POLITIS:
Setiap menjelang pemilu dampaknya sangat terasa, mana kala para jagoan dium parpol dari lain daerah menanamkan pengaruhnya didesa ini. Hal ini terasa sejak tahun 1955, masyarakat terkotak-kotak kerukunan terancam rusak. Itulah romantikanya demokrasi, lambat laun perpecahan itu pulih kembali
DESA LEBAK DARI MASA KEMASA
Bilangan waktu sudah banyak terlampaul dan pernah melalui proses kronologis sejarah panjang, Lebak tempo doeloe lain dengan Lebak sekarang. Kini sebuah gedung Balai Desa berarsitektur njawani dirancang oleh Suwoto (Carik) dkk dibuat pada tahun 1979 berbentuk joglo didukuh Semboja berdampingan dengan gedung Puskesman Mlonggo II dan gedung Ponkumdu kini sudah Lengkap dengan fasilitasnya seperti air bersih, Wc, musholla. Ditunjang dengan kencarnya listrik waktu malam mewarnai indahnya pemandangan yang dulu merupakan kawasan kumuh itu ditumbuhi rumala dan bambu onak(greng) sebagai istana binatang-binatang liar dan sarang penjahat. Dari lokasi inilah pasang, surut pemerintahan desa Lebak dikendalikan.
Sejak dulu kepala pemerintahan disebut petinggi, kepala desa dan sekarang petinggi lagi, dibantu oleh Kamitua, Kebayan, Petengan, Modin dan ladu.
Sebuah catatan yang dapat ditata pemalia,para kepala pemerintahan abb
NO |
Nama |
Kelamin |
Jabatan |
Keterangan |
1 |
Wiro Brojo |
L |
Petinggi/ Demang |
|
2 |
Pupon |
L |
Petinggi |
|
3 |
Barijan |
L |
Petinggi |
|
4 |
Wagiyo |
L |
Petinggi |
|
5 |
Proyo |
L |
Petinggi |
|
6 |
Salaman |
L |
Petinggi |
|
7 |
Surosentiko lawan |
L |
Petinggi |
|
8 |
Nurahmat |
L |
Petinggi |
|
9 |
Noto Utomo |
L |
Pjs |
|
10 |
Mastur |
L |
Petinggi |
|
11 |
Kuyoto |
L |
Pjs |
|
12 |
Jari |
L |
Petinggi |
|
13 |
Suwoto |
L |
Pjs |
|
14 |
Suko |
L |
Petinggi |
|
15 |
Sularjo |
L |
Pjs |
|
16 |
Moh Harun |
L |
Petinggi |
|
17 |
Sabahkun |
L |
Pjs |
|
18 |
Rukhayah |
P |
Petinggi |
|
Nama desa Lebak dikenal masyarakat lain daerah sejak tahun 1939 karena dengan berdirinya pasar yang diprakarsai oleh Petinggi Surosentiko. Pasar semakin ramai dikunjungi oleh pedagang setelah diresmikan pada tahun 1941 menjadi pasar umum. Akhirnya pada tahun 1955 dibeli rakyat, sekarang dikelola bersama Pemda Jepara, terwujudlah sosok pasar masa kini. Yang semula dengan ketentuan hari pasar Minggu, Rabu dan Jum'at pengguna makin membanjir, sekarang dibuka setiap hari.
Pada periode petinggi Murahmad, gotong royong membangun desanya masyarakat mulai tergugah. Ditandai dengan pelebaran jalan protokol jalur Kecapi-Guyangan dan Bulungan-Tanjung, walaupun penuh tantangan antara pro dan kontra akhirnya berhasil dengan mulus. Diteruskan pada jamannya petinggi Mastur pengerasan jalan (nglasak), masyarakat makin tampak ingin meningkatkan pembangunan desanya. PKK mulai digerakan Lebak sudah tidak ragu-ragu lagi tampil dalam acara lomba seperti lomba PKK, lomba Kamtibmas sampai Kelomba desa ternyata nampu meraih juara tingkat Kabupaten, Karisidenan dan Propinsi.
Hasil pengamatan atasan yang terkait begitu cermat dan jeli dalam mengukur kemungkinan desa Lebak mendatang untuk diperhitungkan. Jamannya petinggi Jari, nama Lebak makin mencuat yang selalu didampingi Camat Mlonggo Drs. Hendromartojo dan Bupati Jepara Hisyomprasetyo Lebak boleh dibilang tiada hari tanpa lomba dan tiada lomba yang mengecewakan seperti: Kelompok Tani, Kelompencapir, PKMD, Kadarkum dan yang terakhir Kejar Paket A tampil ketingkat propinsi diasuh langsung disamping para mentor dan Pemilik Dikmas Kusniyanto, Pak Camat sendiri bertindak menjdi mentor, bersama istri rajin mendatangi paguyuban mengambil mata pelajaran Fengetahuan Umum.
Nama desa yang banyak disebut-sebut lewat media, kumandangnya menggema sampai tingkat propinsi dan pusat.Gubernur Ismail, Menteri Harmoko, Duta Besar Belgia bersama Jaksa Agung Sukarton sengaja melihat desa Lebak dari dekat. Dalam sambutannya Gubernur Ismail sempat mengatakan: "Lebak adalah kotanya gunung. ditambah dengan ungkapan berbahasa Jawa: Lebak sing biyen desa naluri, saiki dadi desa ngulir budi. Kalimat-kalimat berharga ini merupakan kelanjutan pidato Pak Hisyom Bupati Jepara saat menyambut tim penilai Lomba Desa Lingkat Karisidenan Pati yang dipimpin langsung oleh Residen Harsonosantoyo, dengan ungkapan kalimat:"Desa Lebak kami nyatakan menjadi desa pertumbuhan dan pengembangan ".
Harapan Pak Hisyom tidak hanya membimbing dan membombong tetapi disertai dengan konsekwensi mengalirnya pembangunan yang memang dibutuhkan masyarakat Lebak.Buntutnya diawali dengan difungsikan dan dibangunnya gedung Puakesmas Mlonggo II tahun 1988 disusul SMP Mlonggo II dan Poskumdu yang saat itu satu-satunya yang pertama dibangun di Jateng.
Belum terhitung pembangunan pasar yang makin lama nakin sempurna menjadikan sosok pasar masa kini. secara rinci dapat digambarkan bahwa desa seluas 959.970 Ha dengan Kondisi tanah datar bergelombang berpenduduk 10,513 jiwa, tersebar di 6 Rw 30 Rt dan desa ini kini telah memiliki Pasar, lapangan, puskesmas, Poskum-Poskumdu, 10 masjid, 57 musholla disamping sarana pendidikan meliputi:1 SMP, 1 Mts,7 SD,2 MI dan 7 TK belum terhitung diniyah yang baru bermunculan. Kiprah warga dalam swadaya ditandai dengan pengaspalan jalan sampai kepelosok pelosok serta sarana irigasi permanen ada 16 buah. Dibidang sosial dan peduli kemenusiaan masyarakat Lebak menempati urutan utama. Dengan santunan yatim piatu/fakir miskin setiap bulan Syura pantas diberi predikat bahwa: "Bulan Syura adalah bulan santunan". Semua ini menunjukkan bahawa semangat gotong royong makin tumbuh subur bersemi, kerukunan tetap terjalin, walaupun manakala menjelang pemilu terjadi keretakan-keentakan yang tidak berarti sebagai romantikanya demokrasi, tetapi akhirnya kerukunan pulih kembali.
Makin menjamurnya bangunan2 rumah penduduk model masa kini disela kesibukan kerja penduduk sekaligus mengetuk nurani pemimpin membisikkan senandung harapan bahawa masyarakat sudah siap diajak maju seirama dengan tuntutan jaman. Untuk kurun waktu berikutnya dan selamanya untuk menggarap desa Lebak seisinya sangat dibutunakan sosok pemimpin yang arif bijaksana, ideal berpredikat kebapakan keibuan) seperti yang tersurat dan tersi-rat dalam kalimat bijak:
“ING NGARSA SỤNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA
TUT WURTHANDAYANI”
LEBAK DALAM LENTASAN SEJARAH
Untuk menancapakan kepastian suatu tonggak sejarah, bila mana dan siapa ditokohkan menjadi cikal bakalnya. Untuk menelusurinya tidak lepas dari simpul benang merah yang berhubungan peristiwa-peristiwa masa silam seperti: data, fakta, kejadian,Peninggalan, perpustakaan, narasumber, legenda atau cerita turun temurun mulut kemulut) dari para pendahulu kita.
Ditelusuri dari namanya LEBAK. Dalam kamus Basa Jawa: "BAHU SASTRA JAWA" saka Yayasan "Jaya Baya” Surabaya menjelaskan bahwa Lebak artinya ledok dhekok, cendhek kaya bathok mlumah. Sehingga ada peribahasa: Lebak ilining banyu.
Melihat kenyataan, sebidang tempat rendah ditepi sungai Gandu terdapat petilasan kuna yang disebut Depok. Diyakini oleh penduduk bahwa disitu dahulu pernah dhedhepok (menjadi padhepokan) seorang tokoh wanita dan diyakini menjadi dhanyangnya orang Lebaki (dhedhepok artinya bertempat tinggal sambil bersamadi ).Cempat ini dikeramatkan sampai sekarang.
Untuk mengungkap misteri ini erat hubungannya dengan: Depok, Sepayung, Pesareyan Induk dan sewaluh. Disekitar tempat-tempat ini puing-puing peninggalan kuna banyak terserak, dan ditunjang dengan adanya Gong Buyut yang kini masih di simpan dirumah Suradi adalah gamelen perang (Bendhe Beri) periode jaman Mataram Islam akhir(Sultan Agung). Juga tercecerhya makan-makan kuna seperti Pesarayan Wirabrajaa (Lebak), Puspayuda (Bulungan), Pangeran Halonggopati (punden Santana Mlonggo) serta makam Singo di Suwawal adalah nama-nama pahlawan perang jamannya perang Blabag, dimana Sultan Agung mempertahankan bumi Ujungpara (Jepara) dari serangan Belanda.
“UJUNG FARA HANCUR LEBAK MUNCUL, DENGAN SURYA SANGKAKALA
“BWANA SUNGSANG HANGESTHI AJI”
Pada abad ke 17 Sultan Agung berusaha mengusir penjajah Belanda didaerah pantai utara Untuk pertahanan Ujungpara dipercayakan kepada Warok singoblendhang seorang pandekar asal Trenggalek Jawa Timur Seluruh prajurit mengandalkan ilmunya blabag pengantolan, didampingi pandekar setianya puteri lulusan dari perguruan Saolin Tibet bernama Prabapinatih Kemuning Pandansari dengan nama samaran di Lebak "NYI MADINAH".Sebelum terdesak memanfaatkan induk pertahanannya di dibukit Donoroso (Lojigunung). Dalam buku sejarah Nasional Indonesia oleh Marwati Joened Foespanego-To jilid IV halaman 1-2 diterangkan tentang kapan waktu adanya pemukiman yang berhubungan erat dengan peristiwa perang Blabag. Pada jaman Mataram Islam Sultan Agung III(1613-1645) yang daerahnya meliputi pantai utara Jawa Tengah termasuk Ujungpara, ditandai dengan pembatasan wilayah ditanam pohon andhu alas (kapas hutan asal Kalimantan). Dalam pemerintahan, penguasa dengan turun temurun (herarkis). Kemudian, kapan dan aiapa yang ditokohk diñesa Lebak sampai ada pemukimen yang teratur?
Dalam kidung DHADING JUNE UJUNGPARA" oleh Empu Kridhasastra dalam tembang Kinanthi:
- Adrenging tyas anyenyuwun
Maring daat Kang Maha Suci
Dredah campuh ing Jungpara
Ambyaring santana nagri
Sinengkalan tahunira
Bwane sungrang hangesthi
- Tanpa songkan paranipun
Prasantana tan nyawiji
Kocar-kacir sedyanira
Ngalor ngetan pinggir ardi
Dedya tetungguling bangsa
Seeideman mrih lestari.
Dalan bait 1 alimat terakhir Bwana sungsang hangesthi aji adalah bilangan tahun surya sengkala yang menunjukkan angka Bwana 5 Sungsang 4 Hangesthi 6 Ajil dibaca dari belakang menunjukkan tahun 1645 Masehi Sedangkan untuk bait 2 kalimat ke 4 menerangkan bahwa para prajurit lari bercerai berai kearah timer laut (daerah pegunungan) Catatan:Buku Ferpustakaan bertuliskan huruf Jawa ini ikut terbakar oleh api reformasi. Pada Kejayaan warok Singoblendang mempertahankan bumi Ujungpara pada tahun 1645 terpukul mundur oleh Belanda dibawah pimpinan Van de Clarck memporak perandakan prerajurit pribumi mencari persembunyian kearah timur laut (lereng de cumangan) yang dimaksud kelereng Gunung Muria belahan barat. Pangeran Halonggopati menyingkir kearah utara samapi daerah Mlonggo sekarang ditandai dengan adanya kuburan santana. Pangeran Puspoyudo di Bulungan. Sedangkan ketimır sampai daerah Bringin, Tanjung Plajan dan Kepuk. Khusus para puteri sekar kedaton diselamatkan kedaerah Tanjung.
Nama-nama makam Kuna Lebak, atau petilasan yang sampai saat kini masih dikeramatkan seperti makan pesareyen induk Wirobrojo dekat kedung Sigap, Mbah Salim (Sonya), Ronggojati.(bukit Wonogiri), Demang Pusponegoro (dekat Balai Desa), nama perkampungan mbah Lo adalah nama Tionghoa yang pernah musnah yang nama aslinya Batah Law Tiam In adalah nama-nama pahlawan perang pada jamannya perang Blabag dimana Sultan Agung melawan Belanda dibandar Ujungpara dan dapat kita yakin bahwa Lebak ikut terlibat didalamnya. Saat itu pusat pemerintahan dibawah Singoblendang di Suwawal untuk cikal bakal Lebak itu sendiri Prabasinatih Kemuning Pandansari yang sekarang dikenal dengan nama samarannya Nyi Madinah mengatur pemukimam di Lebak dengan pertahanannya di Punden Sepayung dibawah pengawasan Demang Wirobrojo yang mepunyai daerah pertahanan sampai Tanjung
Pengejaran terjadi terus numerus, pertempuran didaerah Kecapi Sayidin Al gugur makamnya didukuh Pelemgogor sedangkan korban lainnya dikubur satu lubang yang sampai sekarang didaerah Bleber terdapat Makam dawa. Puspayuda dkk lari kedaerah utara terkepung kebingungan (blulungan) terjadi- terjadilah desa Bulungan sekarang. Akhirnya Singoblendang memperkuat markasnya dengan mengatur merintahan sekitarnya setingkat kecamatan di Su-wawal.
PAMUKIMAN DAN KEHIDUPAN MULAI TUMBAUH Sengketa dan perselisihan selalu dipicu oleh ambisi ingin menguasai: tahta, harta dan wanita, sejak dulu sundah menonjol dalam mengawali peristiwa. Pemukiman di Lebak dari dinasti Mataram akhir menokohkan Nyi Madinah menjadi cikal bakalnya, dengan pusat pemereintahan, dilokasi Punden Sepayung yang akhirnya menjadi pemukiman ramai. Harta karun yang konon dibawa dari Mataram seperti pusaka, perhiasan, sovenir yang sangat tinggi nilainya dalam penelusuran sejarah. Akibat huru hara yang kerap kali timbul dari anthek-anthek Belanda semua hancur tercecer ditelan waktu, tinggal puing-puing yang sekarang sering diketemukan seperti keramik Cipaninggalan dinasti Ming guci-guci, karat besi pusaka. Bahakan sampai sekarang dipatilasan ini para ulah spiritual masih banyak memburu benda-benda pusaka yang diyakini masih misteri ada dilokasi Punden Sepayung.
Dalam pertempuran dilokasi punden Nyi Madinah berhasil melumpukkan lawannya.Kemenangan yang dicapai membawa pengorbanan, terkena pusakanya sendiri cundrik kyai Tedunan sementara disingkirkan dilokasi Depok,dedepok sambil bertapa kungkum untuk kesembuhanuya disebuah pulau tengah sungai dekat jembatan permanen sekarang. Beliau mendapatkan musibah ada disebelah utara sungai. Prabapinatih Kemuning Pandansari menggunakan nama samaran Nyi Madinah terkandung maksud tidak diketahui musuh. Dalam kungkumnya meninggalkan pesan kalimat: "Kapan wae panggonan iki durung mingser, ora bakal ana pangreh praja bisa mlangkah menyang lor kali". Ternyata setelah pulau kecil ini sidak ada mulai petinggi Muh Harun dan Rukhayah menjadi setinggi terpilih dari daerah anal utara sungai. (Terserah pendapat para pembaca Red.).
Kerusuhan ibarat patah tumbuh hilang berganti. Dikawasan dukuh Sewaluh Pleret terjadi kerusuhan yang dipimpin oleh Prunomenggolo.Perajurit yang berusaha menyingkir kedaerah Tanjung tinggal dapat menyelamatkan gamelan perang (Bendhe Beri, berupa Gong Buyut, sampai sekarang gong ini masih dapat dilihat dan disimpan dirumah Suradi desa Tanjung dan dikeramatkan. Sampai akhir hayatnya Nyi Madinah berhasil mengatur daerah Lebak.Masing-masing makamnya dipesareyni Induk dekat Kedung Sigap Kali Gandu. Adapun punden Lebak Sepayung adalah Petilasan pertahanan dan semadinya Nyi Madi-nah. Bukan makam
Dikisahkan, para pendatang dibawah pimpinan Singoblendang dari Trenggalek termasuk Nyim adinah dari Mataram yang diasuh oleh Ki Singoblendang sebelum masuk perguruan Saolin Tibet. Dari keturunan ini orang Lebak ditinggali warisan dialek Trenggalek dalam bahasa sehari-hari,ucapan A diucapkan 3 (pepet) seperti:
- Cecak diucapkan : CECEK
- Besak diucapkan : SESEK
- Gemak diucapkan : GEMEK
- Gemak diucapkan : GEMEK
- Rupak diucapkan : RUPEK
- Sekak dicapkan : TEKEK
- Parak diucapkan : PAREK dst.
sekarang saja para generasi tua bayak bayak yang mengucapkan.
LEBAK DALAM PENGEMBANGAN ISLAM
Telah kita yakini bahwa Islam adalah agama Allah untuk mengatur peri kehidupan manusia lewat utusan ya Rosul Terakhir Muhammad saw,dari waktu kewaktu subur bersemi dan bersifat universal. Didesa Lebak tentang kapan dan siapa pelopor ulama yang ditokohkan? Bila kita perhatikan, ucapan-ucapan doa pendahulu kita berupa serangkaian Bhasa Jawa yang didalamnya terselip kalimat-kalimat toyyibah. Jelas sudah memberikan petunjuk yang dapat kita yakini bahwa leluhur kita dulu sudah memeluk agama Islam walau tidak sempurna seperti sekarang ini. Dari pengalaman ini sejarah yang didukung oleh bukti bahwa daerah Lebak dulu tidak pernah kemasukan agama lain, karena tidak pernah diketemukan bukti tanda-tanda, prasasti peninggalan kebudayaan Buda atau Hindu. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa Lebak sejak dulu tidak pernak kemasukan agama lain.
Diawali oleh Kyai Taqwa yang lebih dikenal kyai Sapon pendatang dari Kalipucang. Sebelum masjid induk berdiri sudah mengajar mengaji di mshola yang dibuatnya sendiri berlokasi dekat kedung Sigap sekarang,tempatnya didepan rumah H.Ramdi adalah Musholla di Lebak yang pertama. Karena makin membludagnya jumlah para santri, Sebagian diserahkan kepada modin Abdul Rokhman(lideh orang Lebar mengatakan modin Drahman) dan muslimat nya diasuh oleh isterinya asal Mulyoherjo bernama Maesyaroh, di Lebak dikenal dengan nama Kyi Sarah yang berlokasi dekat tambak Podi. Drahman mempersunting Sarah yang cantik jelita sebagai pujaan hati belahan jiwanya dari rumpun keturunan Mbah Datuk Mulyoharjo. Disamping meninggalkan santrianya sepeninggal Drahman meninggalkan ceritera "Nga woni jagan". Drahman-sarah merupakan kesatuan suami isteri yang harmon harmonis dibilang keluarga sakinah. Para hidung belang banyak yang melirik untuk membonceng kenikmatan yang dimiliki muslimat cantik ini. Untuk menghindari semun Ini Drahman mempunyai akal, lantai dan halaman rumsh nya setiap ditinggal pergi dan isterinya dirumah ditaburi abu dhapur.
"BAITUL ROKHMAN" MASJID LEBAK PERTAMA” Bilangan tahun makın bertambah, perkembangan sosial budayapun kian berubah. Masyarakat yang dulu berkepercayaan animis berubah menjadi masyarakat agamis. kehadiran 2 tokoh ulama Kyai Matori (Abdullah) maal Bandungharjo yang akhirnya kawin dengan Satun dan Kyai Anwar asal Ngeling membuka cakrawala baru demi kejayaan Islam di Lebak. Pada jamannya Petinggi Surosentiko Lawan, 2 tokoh ini berusaha membangun sebuah masjid.Ternyata cita-cita yang mulia ini tidak bertepuk tangan sebelah. Dengan melibatkan potensi yang ada seperti santeri? muda sesuai dengan bidangnya masing2. Bahkan NyiBarqoam isteri H.Usman asal Bantrung dengan hartanya sendiri bertanggung jawab sebagai penyandang dana.Tiang penyangga menyimpan misteri Sebidang tanah untuk Lokasi masjid baru sudah tersedia sebagai modal dasar yang sangat dibutuhkan 4 batang kayu jati untuk tiang utama.Mencari kemana-mana tidak menemukan, yang ada ditengah tengah kuburan. Kayu diminta kepada petinggi, diijinkan tetapi dengan syarat bahwa waktu memotong Jangan sampai merusak makan, bila terjadi akan berat sangsinya. Menghadapi harapan Petinggi para kyai tidak berkecil hati, akan mudah untuk mencari jalan keluarnya. Dengan dzikir dan tahlil berdoa untuk memohon kemudahan. Suatu malam Kyai Matori mengajak santri-sanri muda Astrongasari, Surosan-tak, Partosukemi dan Supartono yang masih kecil kelokasi kuburan. Diperjalanan dipesan jangan berbicara apapun, kecuali bila kyai mengatakan "alfatehah" semua berhenti dan membaca surat yang dimaksud. Dikuburan kyai menyabukkan kayu-kayu yang dipilih dengan benang lawe, terus pulang begitu saja dijalan berpesan bahwa besok pagi lepas shubuh supaya mengambil kayu-kayu itu dengan membawa kampak (prekul). Apa yang terjadi?. Ternyata kayu-kayu itu sudah dalam keadaan roboh tanpa menimpa pathok satupun.
Masjid pertama Lebak dikerjakan, dan didirikan pada tahun 1926, Telah berangsur angsur mengalami renovasi dengan perbahan akhir pada tahun 1992 berkembang sampai sekarang dalam keadaan megah dan anggun tanpa menghilangkan bangunan lama. Sayang para pendahulu kita seperti Kyai Ma-tori, Kyai Sapon, Kyai Toyib, Nyi Bardam kini sudah tiada dan terakhir Kyai Muhtadi dapat ikut menikmati hanya sementara waktu saja. Bersamaan dengan pengembangan masjid induk perjuangan para ulama oleh generasi berikutnya. Pengembangan Islam menerobos meluas sampai di segala penjuru pedesaan, terdapat bangunan-banguan musholla dan masjid, seperti Kyai Susarngat (Tanjungsari), Mat Nedho mewarisi kyai Sapon, Abdul Rohman (Sepayung), Mathasyim (Gabang), Sukiram (Kepoh) Sudi (Sonya), Sonar (Grojog-an), sedang waktu berikutnya Surawi (Punden).
Sekarang boleh dibilang bahwa di Lebak tiada detik tanpa pengajian, mengantarkan Lebak menjadi daerah sejuk, nyaman, damai dan teratur. Banyak nya lembaga? pendidikan Islam serta banyaknya surau/musholla serta masjid merupakan tempat generasi penerus untuk ditempa menjadi tokoh-tokoh ulama yang berkualitas akan mempunyai arti positif dalam pembinaan umat, Tetapi usaha yang mulia ini akan meleset apabila dirusak oleh pendatang dari luar jagoan podium yang akhirnya meninggalkan keretakan.
TRADISI MANGANAN DAN SEDEKAH BUMI
Tradisi adalah suatu kebiasaan turun temurun yang diyakini dan dipercaya tanpa didukung oleh ajaran agama dan undang undang resmi. Dalam pelaksanaannya di desa Lebak, Tanjung dan Kawak dilihat dari sajen-sajen dan hiburannnya mempunyai versi yang mirip. Di Lebak itu sendiri sedekah bumi dan manganan masih dilaksanakan. Sedekah bumi dirumah Petinggi atau dibalai desa dengan slamatan dan hiburan wayang kulit yang dahulu mengambil cerita Srisalano manitis menceriterakan ulah pertanian. Pada jaman kerjaan sedekah bumi dirumah petinggi merupakan sarana pertemuan (silaturahim) sambil makan-makan dihibur dan menerima penjelasan dari penguasa. Sekarang sudah berubah total versinya disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Manganan didesa Lebak mengambil tempat dipunden sepayung, sebuah petilasan saat Nyi Madinah mempertahankan pasukannya sambil bersemadi. Punden ini bukan makam tetapi petilasan Yang ada dalam cungkup punden dulu berupa gundukan tanah (aselinya). Yang menjadi pertanyaan, mengapa sekarang ini kok ada 2 buah nisan yang dipajang disitu?.Pada hal Nyi Madinah yang benar dimakamkan di Pesareyan induk dekat Kedungsigap. Dalam resepsi manganan dahulu, selamatan berdoa bersama disamping tayuban sekarang mengalami perubahan.